Senin, 21 Juli 2014

Cinta Masa Lalu



Hari-hari kulalui terasa menyenangkan saat mengenalnya. Pertemuan pertama berawal saat menjadi mahasiswa semester 5 di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Jakarta sedangkan dia merupakan salah satu staf di kampus tempatku menuntut ilmu sekaligus tempat bekerja. Sosok yang baik, bertanggungjawab, murah senyum dan sholeh membuatku tertarik kepadanya. Tak pernah kutemui sosok yang selalu tersenyum di tempat itu selain dia.

***
Awal bertemu, aku tidak tahu siapa namanya, yang ku tahu dia adalah salah satu staf di bagian pendidikan. Waktu terus berlalu, hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga kami dipertemukan di satu tempat. Keesokan harinya, tak seperti biasa ku mendapatkan jam kuliah sampai malam. Jam makan siang, ku mencoba menggunakan aplikasi yang sedang trend saat itu, facebook. Ku buat akun dan mencari teman-teman yang menggunakan aplikasi itu. Tak sengaja ku menemukan profilnya langsung ku add profil dan sore harinya dia langsung menyetujui permintaanku untuk menjadi temannya.
***
Ku melihat ada 1 pesan masuk di beranda facebook, penasaran langsung ku klik tulisan “pesan masuk”. Betapa terkejutnya ketika ku lihat ternyata dia yang mengirimkan pesan tersebut, dia mengutarakan perasaannya “Aku berharap sama Allah kamu mau menjadi pelengkap hidupku, kamu mau kan?” itulah bait-bait pesan yang kubaca. Terharu, terkejut, bahagia, senang, dan tak lupa kuucap syukur kepada-Nya karena insan yang kucintai dalam diam mengutarakan niatnya untuk menjadikan diriku pendamping hidupnya.
***
“Maaf Mas aku masih kuliah dan setelah shalat istikharah tidak ada tanda-tanda harus memilihmu, selain itu juga orang tuaku belum mengijinkan aku untuk menikah” kukirim message kepadanya. Jujur, saat ku menulis kalimat itu hatiku sedih, aku merasa wanita yang paling bodoh karena menolak seorang laki-laki baik yang aku cintai. Dia pun membalas “tidak apa-apa, percaya saja dengan janji Allah bahwa laki-laki yang baik akan mendapatkan wanita yang baik-baik pula”.
***
Setelah kejadian itu, kami hampir tidak pernah bertemu selama 3 bulan, mungkin ini jalanku “gumamku dalam hati”. Perlahan ku mulai melupakan sosoknya dan fokus kuliah. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. 2 tahun ku mengenalnya belum juga kuterima Undangan Pernikahan darinya. Padahal, kabar berita yang terdengar dia sedang menjalani proses ta’aruf dengan wanita lain. Ku jadi ingat pesan Allah, cintailah dan bencilah seseorang itu sewajarnya.
***
Bulan suci Ramadhan yang mulia menghampiri, dan aku tetap masih dalam kesendirianku menanti seorang Imam yang terbaik menurut Allah untukku. Do’aku akhirnya membuahkan hasil, tepat 1 September 2012 dia mengirim sms yang berbunyi “Nin, saya minta alamat rumahmu, saya mau silaturahm, orang tuamu ada?” deg, jantungku berdegup kencang seakan mau lepas dari dalam tubuhku. “iya ada Mas, Mas dengan siapa mau kesini” jawaban smsku. Tak ku peroleh balasan darinya setelah itu. Ku menanti dengan cukup gelisah, ingin ku bertanya namun hatiku bertolak belakang dengan perasaanku.
***
Waktu menunjukkan pukul 17.30, ku dengar suara Ibu memanggil namaku dan ku bergegas menuju bawah. Dia datang bersama 2 orang teman sedang berbincang dengan Ibu dan Ayahku. Jantung berdegup semakin kencang saat ku dengar “Bapak, Ibu, maksud kedatangan saya kesini adalah untuk meminang putri Bpk, Nina”. Kuucap tasbih dan hamdalah kepada Allah. Namun disisi lain Ayahku tidak memberi jawaban apapun kepadanya, bola matanya mengisyaratkan Ayahku tidak menyukainya.
***
Sudah 3 bulan waktu berlalu namun belum ada tanda-tanda beliau menyetujui pilihanku. Aku pasrah, ku hanya ingin melihat mereka bahagia dengan menuruti semua keinginannya. Sekian lama rasa ini terpendam, sekian lama pula kurasakan sakit hingga waktu 1 tahun waktu berjalan. Namun, satu pesan yang kuingat dari dia adalah“aku akan menunggumu Nin”,walaupun akhirnya dia mencari wanita lain.
***
Tak terasa sudah memasuki tahun 2014, aku pun masih sama menanti dan menunggu Ayahku merestui hubungan kami tapi takdir berkata lain. Banyak sekali isu yang kudengar tentangnya membuat aku tak percaya dan tetap menunggunya. Hingga suatu saat kutemukan dia bersama dengan wanita lain sedang asyik makan, berbicara dan jalan berdua di kampus. Ternyata isu yang kudengar selama ini benar adanya, “gumamku”. Setelah melihat kejadian itu dan melakukan sholat istikharah, rasa yang menggebu-gebu seakan sirna dibawa angin. Lenyap sudah bagaikan lampu yang tak dapat memberikan cahaya di saat gelap menyapa.
***
Sekarang ku mengerti, apa yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut-Nya. Kita hanya mampu melihat dengan pandangan mata dunia, sedangkan Allah dapat melihat semuanya yang tidak bisa dilihat oleh manusia. Alhamdulillah Ya Allah, KAU telah memberikan rasa ini meskipun akhirnya aku sadar tidak boleh mencintai makhluk-MU melebihi mencintai-MU. 

"Peri Kecil"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar